Coffee Morning Hari Air Sedunia “Ground Water, Making The Invisible, Visible” Temu Pakar dan Insan Media Masa dalam Memperingati Hari Air Sedunia Ilmu Pengelolaan Sumber Daya Alam dan Lingkungan (PSL) IPB University bersama ECOLOGICA mengadakan Coffee Morning dengan topik “Ground Water, Making The Invisible, Visible” pada tanggal 21 Maret 2022 di Café Taman Koleksi, Kampus Baranangsiang, IPB University. Tajuk utama Coffee Morning ini sebagai media temu pakar dan insan media dalam rangka Hari Air Sedunia. Sehingga diharapkan kepada khalayak untuk dapat mendedikasikan dan mengapresiasi betapa pentingnya keberadaan air bersih bagi seluruh penduduk dunia. Sebagai pembuka diskusi sekaligus bertindak sebagai moderator, Prof. Hadi Susilo Arifin, Ph.D. memberikan pengantar mengenai water state continuum (WSC). Salah satu goal dari WSC ini adalah perbaikan kesehatan ekologis. Terdapat empat indikator pencapaian yang perlu diperhatikan, diantaranya (1) habitat yang sehat dan beraneka ragam; (2) kualitas dan aliran air permukaan; (3) kualitas dan pengisian air tanah; (4) melindungi kawasan yang ada dengan nilai ekologis yang tinggi. Diskusi menjadi lebih menarik dengan menghadirkan tiga narasumber yang merupakan guru besar IPB University, yaitu Prof. Dr. Suria Tarigan, Prof. Dr. Cecep Kusmana, dan Prof. Dr. Yusman Syaukat. Prof. Dr. Suria Tarigan, sebagai narasumber pertama, Fakultas Pertanian, menjelaskan bahwa air tanah dapat menjadi alternatif utama untuk memenuhi kebutuhan air domestik, irigasi, dan industri. Pada musim kemarau, petani hortikultura di Jawa Tengah dan Jawa Timur perlu menyiapkan pompa air untuk menarik air dari dalam sumur. Oleh karena itu, perlu dilakukannya pengelolaan air tanah terencana secara maksimal bila tertintegrasi dengan pengelolaan daerah aliran sungai (DAS). Melalui analisis peta hidrogeologi dapat mengidentifikasi daerah yang berpotensi sebagai water recharge (peresapan air). Daerah peresapan air pada sebuah DAS terbagi menjadi dua, yaitu (1) natural recharge (peresapan alami) dengan menjaga tutupan hutan minimal 30% di hulu DAS; (2) artifical recharge (peresapan buatan) yang dapat dilakukan dengan membangun sumur resapan di daerah pemukinan hulu dan tengah DAS. Peresapan juga dapat ditingkatkan dengan menerapkan konservasi tanah, khususnya agroforestri pada lahan budidaya, hutan kota dan pekarangan. Narasumber kedua, Fakultas Kehutanan dan Lingkungan, yaitu Prof. Dr. Cecep Kusmana menceritakan peranan ekostem hutan mangrove dalam mengendalikan dan mencegah terjadinya: (1) intrusi air laut ke daratan yang merugikan lahan usaha perikanan air tawar, pesawahan, peternakan, dan keperluan air tawar juga sanitasi penduduk. Serta rangka besi pondasi bangunan menjadi berkarat/rapuh; (2) abrasi yang mengkikis garis pantai atau pinggir sungai yang merusak jalan, pemukiman, dan lahan pertanian, lahan tambak; (3) banjir rob dan penurunan permukaan tanah; (4) kelangkaan persediaan air tawar untuk menunjang kelangsungan kehidupan khususnya masyarakat pesisir. Berdasarkan laporan hasil riset bahwa untuk kawasan pesisir jakarta diperlukan hutan mangrove selebar sekitar satu kilometer untuk mencegah terjadinya intrusi air laut ke daratan. Upaya pemeliharaan dapat dilakukan dengan mempertahankan ruang terbuka hijau, ruang terbuka biru (danau/setu), pembuatan biopori, membangun hutan mangrove ke arah laut. Prof. Dr. Yusman Syaukat sebagai narasumber ketiga dari Fakultas Ekonomi dan Manajemen memaparkan hasil penelitiannya bahwa investasi dalam meningkatkan kapasitas produksi air perpipaan kurang signifikan dalam mengurangi total pengambilan air tanah. Akan tetapi, jika investasi dilakukan untuk meningkatkan kapasitas produksi dan memperluas layanan serta mengurangi kebocoran) air bersih, ternyata mampu meningkatkan volume pasokan air perpipaan, mengurangi rata-rata biaya produksi air bersih, mengurangi penggunaan air baku, meningkatkan pendapatan PAM Jaya, dan berperan penting dalam mengurangi pengambilan (ekstraksi) air tanah, sehingga mampu mempertahankan stok air tanah dan juga menjaga kualitas air tanah dari inflitrasi air laut di DKI Jakarta. Dari kegiatan ini, diharapkan dapat mengajak khususnya masyarakat Indonesia untuk dapat berkontribusi secara nyata dalam menjaga nilai-nilai kemanusiaan dan lingkungan, dan mendukung pencapaian tujuan SDGs (rh) Narasumber:
https://m.republika.co.id/berita/r93pqh380/pakar-ipb-sampaikan-pentingnya-pemanfaatan-air-tanah
|